Fenomena "S Line": Tren atau Pembongkaran Aib Diri? Perspektif Islam

Fenomena "S Line": Tren atau Pembongkaran Aib Diri? Perspektif Islam
Akhir-akhir ini jagat maya dihebohkan dengan tren “S Line” yang ramai di media sosial, terutama TikTok. Tren ini menampilkan visual sebuah garis merah yang muncul dari kepala seseorang—yang disebut sebagai “S Line” atau “Sex Line.”
Sebagaimana dikutip dari Detik.com, tren ini berasal dari drama Korea berjudul S Line, di mana garis merah tersebut disimbolkan sebagai tali tak kasatmata yang menghubungkan seseorang dengan pasangan seksualnya. Dengan kata lain, simbol ini menyiratkan relasi intim seseorang—yang jelas termasuk ranah privat—namun justru ditampakkan kepada publik.
Jika ditelaah lebih dalam, maka tren ini tidak sekadar menjadi bagian dari hiburan visual, namun mengarah kepada pembongkaran aib diri sendiri, sesuatu yang dalam Islam justru sangat dikecam.
Membuka Aib Diri Sendiri: Larangan dalam Syariat
Dalam khazanah Islam, terdapat banyak nas dan kisah yang menunjukkan bahwa menyimpan aib sendiri adalah bagian dari sikap taqwa, sementara membongkarnya justru mendatangkan murka Allah, apalagi jika dilakukan dengan bangga atau sengaja mencari perhatian.
Dalam kitab Likulli Hadats Hadits karya Almaghfurlah TGH. Husnuddu’at, dikisahkan seorang sahabat Nabi bernama Nabhan Abu Muqbil, seorang pedagang kurma. Suatu ketika, ia tergoda oleh seorang wanita yang bukan mahramnya, lalu memeluk dan menciumnya. Menyesali perbuatannya, ia datang kepada Rasulullah ﷺ dan menceritakan perbuatannya itu dengan harapan diterima taubatnya.
Namun, Rasulullah ﷺ tidak menggubris pengakuannya. Lalu Umar bin Khattab RA menegurnya:
"لَقَدْ سَتَرَكَ اللّٰهُ، لَوْ سَتَرْتَ نَفْسَكَ"
“Sungguh Allah telah menutupi aibmu, seandainya engkau tutupi dirimu sendiri.”
Ini menjadi pelajaran penting: taubat adalah urusan antara hamba dengan Tuhannya, bukan dengan publik.
Menanggapi peristiwa itu, turunlah ayat Surah Ali Imran ayat 135:
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ ۖ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ ۖ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka (segera) mengingat Allah lalu memohon ampun atas dosa-dosanya. Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah? Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, padahal mereka mengetahui." (QS. Ali Imran: 135)
Dalam riwayat dari Ali bin Abi Thalib RA, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidaklah seorang hamba melakukan dosa kemudian ia bersuci dengan baik, lalu salat dua rakaat dan memohon ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuninya.”
(HR. Abu Dawud)
Penutup: Menjaga Martabat Diri di Era Digital
Islam sangat menjunjung tinggi kehormatan dan kerahasiaan pribadi, bahkan Allah menyukai hamba yang menutup aibnya sendiri dan tidak menceritakannya kepada orang lain. Di era media sosial seperti sekarang, di mana batas privat dan publik semakin kabur, seorang Muslim hendaknya lebih bijak dalam membagikan hal-hal yang menyangkut kehormatan diri.
Tren seperti "S Line" bukan sekadar hiburan visual, namun bisa menjadi jalan pembuka ke arah normalisasi perzinaan, pembongkaran aib, dan kebanggaan terhadap maksiat. Na'udzubillah.
Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari perbuatan sia-sia dan mengampuni dosa serta menutupi aib-aib kita di dunia maupun akhirat. Aamiin.
Wallâhu A‘lam.