Selamat Datang di Yayasan Pendidikan Hamzanwadi

WhatsApp Icon 1




Syair “Memilih Guru”: Warisan Sasak yang Menjawab Problematika Pendidikan Modern
26 Apr 2025
Syair “Memilih Guru”: Warisan Sasak yang Menjawab Problematika Pendidikan Modern


Syair “Memilih Guru”: Warisan Sasak yang Menjawab Problematika Pendidikan Modern

Dalam dunia pendidikan modern yang sering terjebak dalam logika angka dan sistem yang kaku, muncul kebutuhan untuk kembali ke akar nilai: etika, spiritualitas, dan keteladanan. Salah satu warisan budaya lokal yang menyuarakan nilai-nilai ini adalah syair berjudul "Memilih Guru", sebuah lagu perjuangan dari organisasi Nahdlatul Wathan (NW) yang sarat makna pendidikan.

Menariknya, nilai-nilai yang terkandung dalam syair ini memiliki benang merah yang sangat kuat dengan ajaran klasik Islam, khususnya kitab Ta’limul Muta’allim karya Syekh Az-Zarnuji — kitab pedagogi Islam yang hingga kini masih relevan sebagai rujukan pembentukan karakter dan adab peserta didik.

1. Memilih Guru Bukan Sekadar Soal Keilmuan

Pandai-pandai memilih guru taok ngaji
 Guru sak tegak kance jujur ikhlas hati
 Mengajar bukan karena materi atau kursi
 Hanya semata-mata ikhlas karena Ilahi

Bait ini menegaskan bahwa seorang guru bukan hanya harus cerdas, tapi juga jujur, ikhlas, dan tidak mengajar demi materi. Ini senada dengan nasihat Az-Zarnuji yang menyarankan murid untuk belajar pada guru yang berilmu dan wara’, serta menjauhi cinta dunia karena bisa merusak keberkahan ilmu.

2. Pentingnya Silsilah Ilmu dan Sanad Spiritual

Sak tui jati taok te beguru ngaji
 Sak bedoe silsilah ilmu sampai nabi
 Marak Maulana Bapak Kyai Hamzanwadi
 Guru dan ilmunya bersambung sampai nabi

Dalam tradisi Islam, sanad keilmuan adalah bukti otentisitas dan keberkahan ilmu. Seorang guru yang ilmunya bersambung hingga Nabi Muhammad SAW bukan hanya mengajarkan ilmu, tapi juga ruh, adab, dan cahaya keteladanan. Ini adalah warisan penting dalam pendidikan sufistik yang kini mulai dilupakan dalam sistem akademik formal.

3. Hubungan Spiritual antara Murid dan Guru

Kalau hubungan dengan guru terpisah
 Jauh magfirah dan putus barokah
 Putus barokah hilang semua muru'ah
 Walau ulama sedunia mele pesolah

Syair ini mengajarkan bahwa keberkahan ilmu sangat bergantung pada hubungan spiritual murid dan guru. Dalam Ta’limul Muta’allim, dijelaskan bahwa siapa yang tidak menghormati gurunya, tidak akan mendapatkan manfaat dari ilmunya. Ini adalah pelajaran penting di tengah fenomena menurunnya sikap hormat kepada guru dalam pendidikan modern.

4. Beratnya Dosa terhadap Guru dan Orang Tua

Dosa bande menyangkut bareng inaq amaq
 Bau te hapus sik istigfar banyak-banyak
 Dosa lek guru ndek ne bau te kerisak
 Dakak ne tetebus sik sedunia emas perak

Dalam perspektif sufistik, dosa batin terhadap guru dan orang tua adalah bentuk kezaliman yang paling sulit ditebus. Bahkan istighfar pun tak cukup bila belum mendapat rida dari guru. Ini mengajarkan peserta didik untuk menjaga hubungan emosional dan spiritual dengan guru, bukan sekadar menuntut nilai akademik.

Kesimpulan

Syair “Memilih Guru” bukan sekadar seni sastra lokal, tapi juga merupakan refleksi mendalam tentang filosofi pendidikan yang bersumber dari tradisi Islam dan budaya Sasak. Ketika dikaitkan dengan ajaran Ta'limul Muta’allim, syair ini mampu menjawab tantangan pendidikan masa kini: bagaimana menanamkan karakter, adab, dan spiritualitas dalam proses belajar.

Di saat pendidikan modern semakin berorientasi pada hasil, syair ini mengajak kita untuk kembali pada hakikat pendidikan sebagai proses pembentukan manusia yang utuh — berilmu, beradab, dan bertakwa.